MENINGKATKAN KUALITAS
AKTIVITAS BELAJAR, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI
SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 1 BANJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH *)
*) Gede Putra Adnyana
Oleh
Fajar Adinugraha
4401407029
ABSTRAK
Pembelajaran dengan model konvensional menyebabkan pembelajaran berpusat
pada guru. Aktivitas siswa, kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep
biologi menjadi rendah. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk 1)
meningkatkan aktivitas belajar siswa, 2) meningkatkan keterampilan berpikir
kritis siswa, dan 3)
meningkatkan pemahaman konsep Biologi siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Banjar
kelas X-5 yang berjumlah 38 orang pada semester ke-1 tahun pelajaran 2007/2008.
Faktor yang diteliti adalah 1) aktivitas belajar, 2) keterampilan berpikir
kritis dan 3)
pemahaman konsep Biologi. Data tentang aktivitas belajar dikumpulkan dengan
metode observasi, keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa
dengan metode tes, sedangkan pendapat siswa dengan metode kuesioner. Hasil aktivitas
belajar siswa meningkat dari kualifikasi cukup pada siklus I menjadi baik pada siklus II. Peningkatan keterampilan
berpikir kritis siswa terjadi pada keterampilan merumuskan masalah, memberikan
argumentasi, melakukan induksi, dan memberikan penilaian. Pemahaman konsep
biologi siswa dapat dilihat dari peningkatan rerata nilai, di mana pada siklus
I sebesar 6,03 menjadi 6,49 pada siklus II. Siswa memberikan respon positif
terhadap penerapan model pembelajaran, dimana terdapat 77,98 % siswa yang
menyatakan setuju, 18,28% ragu-ragu, dan hanya 3,74% tidak setuju. Berdasarkan
hasil penelitian, dapat
ditunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada mata
pelajaran Biologi, dapat meningkatkan: 1) aktivitas belajar siswa, 2)
keterampilan berpikir kritis siswa, dan 3) pemahaman konsep Biologi siswa. Selain
itu, siswa
memberikan respon positif terhadap model pembelajaran yang diterapkan.
Kata kunci: model pembelajaran berbasis masalah, aktivitas belajar,
keterampilan berpikir kritis, pemahaman konsep biologi
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi
siswa melalui kegiatan pengajaran. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk aktif,
kreatif dan inovatif dalam merespon setiap pelajaran yang diajarkan. Dalam
proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru,
siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih
model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan
demi tercapainya tujuan pendidikan.
Umumnya,
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) masih menggunakan model pembelajaran
konvensional. Hal ini membuat kegiatan belajar mengajar cenderung
berpusat pada guru. Guru memberikan materi sedangkan siswa hanya mencatat dan memperhatikan
materi pelajaran. Akibatnya,
proses belajar mengajar cenderung membosankan dan berdampak pada aktivitas siswa,
keterampilan berpikir dan pemahaman konsep yang rendah.
Para
ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran
konstruktivistik untuk meningkatkan kualitas Kegiatan Belajar Mengajar
di kelas. Dengan perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan pusat
(fokus) pembelajaran dari belajar berpusat pada guru kepada belajar berpusat
pada siswa. Ketika
mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar
yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi
kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang
dipelajarinya. Kondisi belajar siswa yang
hanya menerima materi dari pengajar, mencatat, dan
menghafalkannya harus diubah menjadi sharing pengetahuan, mencari (inkuiri),
menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi peningkatan pemahaman
(bukan ingatan). Untuk mencapai tujuan tersebut, pengajar dapat menggunakan
pendekatan, strategi, model, atau metode pembelajaran inovatif.
Mata
pelajaran Biologi pada sekolah menengah atas (SMA)
diajarkan untuk membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah
kemampuan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu dan teknologi. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
diterapkan berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk
proses inkuiri ilmiah. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah, serta berkomunikasi ilmiah sebagai salah
satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran Biologi
dilaksanakan dengan menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah (BSNP 2006).
Akhir-akhir
ini, berbagai upaya untuk mengembangkan pembelajaran biologi telah digalakkan.
Selain bertujuan untuk menciptakan pembelajaran biologi yang lebih menyenangkan,
upaya ini ditujukan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna. Melalui
model pembelajaran kontekstual, pembelajaran selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
sehingga siswa lebih mudah memahami isi pelajaran. Pengaitan isi pelajaran
dengan lingkungan sekitar akan membuat pembelajaran lebih bermakna (meaning learning) karena siswa
mengetahui pelajaran yang di dapat di kelas bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari (Afcariono 2008).
Hasil
belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran Biologi, juga terjadi pada siswa
SMA Negeri 1 Banjar. Hal ini dapat dilihat dari rerata nilai ujian akhir
semester (UAS) semester 1 dan 2 tahun pelajaran 2006/2007, seperti
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Nilai
Ulangan Akhir Semester (UAS) kelas X SMA Negeri 1 Banjar
Kelas
|
Semester 1
|
Semester 2
|
Rerata Nilai UAS
|
X-1
|
61,13
|
61,67
|
61,40
|
X-2
|
52,68
|
61,89
|
57,29
|
X-3
|
48,00
|
60,17
|
54,09
|
X-4
|
59,41
|
59,00
|
59,21
|
X-5
|
51,83
|
61,70
|
56,77
|
Rerata
|
54,61
|
60,89
|
57,75
|
Jika
dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 63 maka rerata
hasil Ujian Semeseter (US) dan Ujian Akhir Semester (UAS) tersebut jauh di
bawah KKM yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
hasil ujian sekolah dan ujian akhir semester ini, diantaranya kualitas masukan
dan proses kegiatan belajar mengajar. Namun demikian, hasil ini dapat dijadikan
indikator bahwa hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri 1 Banjar relatif masih
rendah.
Berkaitan
dengan hal tersebut, maka perlu dirancang pembelajaran yang dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran Biologi, sehingga mampu
menumbuhkembangkan keterampilan berpikir kritis disatu pihak dan pemahaman
konsep siswa di pihak lain. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
pembelajaran Biologi yang sesuai dengan karakteristik (ciri) ilmu Biologi,
yaitu 1) pembelajaran Biologi harus menarik, 2) mengikuti hirarki peningkatan
konsep dengan contoh sehari-hari agar persyaratan prior knowledge pada
konstruktivisme dipenuhi, 3) dapat digunakan untuk memahami berita-berita
mutakhir tentang iptek dengan Biologi dalam media masa, 4) melibatkan siswa
secara aktif selama pembelajaran sehingga menyeimbangkan antara proses dan
content, 5) merangsang rasa ingin tahu untuk mencari dan belajar sendiri, 6)
menekankan pada pengertian dan bukan ingatan atau hafalan, 7) harus terpadu,
seperti Biokimia, Biogeokimia, dan Biometri, 8) materi ajar Biologi harus
lengkap, ekstensif dan menyeluruh, dan 9) bentuk asesmen disesuaikan dengan
bahan ajar dan lebih berorientasi pada pemecahan masalah terpadau (Depdiknas
2000).
Pembelajaran yang kreatif dan inovatif tersebut hendaknya
sinergis dengan paradigma baru dalam dunia pendidikan yang berorientasi
pencapaian kompetensi. Dalam hal ini, tanggung jawab belajar berada pada diri
siswa, tetapi guru tetap bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang
mendorong prakarsa, motivasi dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang
hayat. Oleh karena itu peranan guru lebih bertindak sebagai mediator,
fasilitator, dan motivator. Pembelajaran yang dirancang tersebut disesuaikan
dengan situasi dan kondisi sekolahnya, sehingga pembelajaran menjadi bermakna
dan kontekstual, artinya menyentuh langsung dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning).
Pembelajaran
berbasis masalah (Probelem
based
learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa
untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa
dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Dasna 2006).
PBL memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan suatu masalah,
(2) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata
siswa, (3) mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah (4) memberikan
tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan
secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil,
dan (6) menuntut pebelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka
pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja (Dasna 2006).
Model
pembelajaran berbasis masalah dimulai oleh adanya
masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu
ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang
dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif
dalam belajar.
Berdasarkan
latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah
Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa dalam pembelajaran Biologi? (2) Apakah
Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Biologi? (3) Apakah
Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan pemahaman
konsep siswa pada mata pelajaran Biologi?
Tujuan
dari penelitian tindakan kelas ini, yaitu: (1) Meningkatkan aktivitas belajar
siswa pada pembelajaran Biologi melalui implementasi model pembelajaran
berbasis masalah; (2) Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada
pembelajaran Biologi melalui implementasi model pembelajaran berbasis masalah;
(3) Meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran Biologi melalui
implementasi model pembelajaran berbasis masalah.
Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: (1) Memberikan informasi
kepada guru sains pada umumnya dan guru Biologi khususnya, mengenai model
pembelajaran Biologi berbasis masalah, sehingga dapat diterapkan sesuai dengan
situasi dan kondisi di sekolahnya; (2) Memberikan sumbangan pemikiran tentang
implementasi model pembelajaran berbasis masalah, sehingga dapat
diimplementasikan atau dikembangkan dalam KBM dalam rangka meningkatkan
kualitias proses dan hasil belajar; (3) Memberikan kontribusi yang positif
terhadap perkembangan kreativitas pembelajaran Biologi dan dapat dijadikan
acuan bagi pelaksanaan penelitian-penelitian yang relevan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada SMA Negeri 1 Banjar, Buleleng,
Bali, semester ke-1 tahun pelajaran 2007/2008. Penelitian ini dilaksanakan untuk standar kompetensi,
yaitu memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup. Sedangkan
kompetensi dasar yang dijadikan kajian penelitian, yaitu 1) mendeskripsikan
ciri-ciri, replikasi, dan peran virus dalam kehidupan dan 2) mendeskripsikan
ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria dan peranannya bagi kehidupan.
Subjek
penelitiannya adalah siswa kelas X-5 yang berjumlah 38 orang dengan rincian
laki-laki 22 orang dan perempuan 16 orang. Sedangkan objek penelitiannya adalah aktivitas belajar, keterampilan
berpikir kritis, pemahaman konsep biologi siswa, dan pendapat siswa akibat
penerapan pembelajaran berbasis masalah.
Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari
empat tahapan, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan
evaluasi tindakan, dan 4) refleksi. Siklus I dilaksanakan materi pokok tentang
Virus, sedangkan siklus II diterapkan pada materi pokok Archaebacteria dan
Eubacteria. Untuk siklus I dirancang dalam 4 Jam pelajaran (2 kali tatap muka),
sedangkan siklus II dilaksanakan untuk 6 jam pelajaran (3 kali tatap muka).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dari bulan September tahun 2007
sampai dengan Oktober tahun 2007.
Langkah-langkah dalam perencanaan
adalah 1) mengkaji materi pokok, mempersiapkan silabus, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran, dan lembar kegiatan siswa, 2) mempersiapkan dan mengkaji
format-format observasi dan evaluasi yang terdiri dari pretest dan tes akhir
pembelajaran, kuis, lembar observasi, dan angket, dan 3) mengkaji indikator
untuk menentukan keberhasilan tindakan yang dilaksanakan, seperti daya serap
siswa dan ketuntasan belajar.
Pelaksanaan tindakan
pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan.
Langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2. Langkah
pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
TAHAP
|
TINGKAH LAKU GURU
|
Tahap
1
Orientasi siswa
pada masalah
|
Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru mendiskusikan
rubrik asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa
|
Tahap
2
Mengorganisasi
siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut
|
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individu maupun
kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
|
Tahap
4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
|
Guru membantu siswa
dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
|
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan
|
(Arends 2004).
Selama pembelajaran
berlangsung, peneliti melakukan observasi terhadap strategi pembelajaran yang
diterapkan dan melakukan perekaman terhadap proses belajar mengajar yang
berlangsung. Variabel-variabel yang diamati sesuai dengan objek penelitian,
yaitu aktivitas, keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa yang berupa
peningkatan rerata hasil belajar antara tes awal dengan tes akhir disetiap
siklus.
Berdasarkan observasi
dan evaluasi pada siklus I, peneliti mengadakan refleksi untuk melihat seberapa
besar keberhasilan dan kegagalan dalam penerapan model pembelajaran yang
dirancang. Refleksi dilakukan terhadap aktivitas siswa belajar dan mencari faktor-faktor
penyebab ketidakberhasilan tindakan serta mencari solusi terhadap permasalahan
tersebut. Pencermatan yang dilakukan pada penerapan siklus I dievaluasi dan
diinterpretasi penyebabnya untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam
melakukan pemantapan pada siklus II.
Perencanaan yang
dilakukan pada siklus II merupakan penyempurnaan terhadap kekurangan-kekurangan
yang ditemukan pada siklus I. Materi pokok yang diterapkan pada siklus II
adalah Archaebacteria dan Eubacteria yang dilaksanakan untuk tiga kali tatap
muka (6 x 45 menit).
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes, pedoman observasi, dan angket
pendapat siswa. Tes yang digunakan terdiri dari tes awal, tes akhir
pembelajaran yang disusun dalam bentuk soal uraian untuk mengetahui pengetahuan
awal dan kesiapan siswa terhadap materi pokok yang akan dibahas.
Pedoman
observasi aktivitas siswa yang digunakan meliputi 8 parameter, yaitu 1)
interaksi siswa, 2) keberanian siswa bertanya, 3) partisipasi siswa, 4)
motivasi, ketekunan, dan antusiasme siswa, 5) kehadiran siswa, 6) hubungan
sosial, 7) pemanfaatan guru, dan 8) efektivitas pemanfaatan waktu.
Masing-masing parameter terdiri dari beberapa subparameter. Pedoman observasi
aktivitas belajar siswa menggunakan tiga kriteria, yaitu baik (B), cukup (C),
dan kurang (K).
Aktivitas
belajar siswa berkatagori baik (B), jika lebih dari 75% siswa menunjukkan
aktivitas yang diukur. Kualifikasi cukup (C), jika lebih dari 50%
siswa menunjukkan aktivitas sesuai parameter yang diukur. Sedangkan kurang (K), jika kurang dari 50% siswa dalam
kelas menunjukkan aktivitas seperti parameter yang diukur.
Untuk
tes pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis menggunakan tes bentuk
uraian dengan menggunakan permasalahan aktual, faktual, dan kontekstual. Tes
pemahaman konsep meliputi jenjang kognitif aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Sedangkan tes keterampilan berpikir kritis meliputi keterampilan
untuk merumuskan masalah, memberikan argumentasi, melakukan induksi dan
induksi, serta melakukan penilaian.
Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari kualitas aktivitas siswa
belajar, skor hasil belajar siswa, dan pendapat siswa terhadap penerapan
pembelajaran biologi yang dikembangkan. Jenis data, metode dan
instrumen yang digunakan pengumpulkan data pada penelitian ini, disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel 3. Metode
pengambilan data
No
|
Jenis Data
|
Metode
|
Instrumen
|
1
|
Aktivitas Siswa
|
Observasi
|
Pedoman Observasi/ tabel pengamatan
|
2
|
Keterampilan Berpikir Kritis siswa
|
Tes
|
Tes Keterampilan berpikir kritis
|
3
|
Hasil Belajar siswa
|
Tes
|
Tes hasil belajar
|
4
|
Pendapat Siswa
|
Kuisioner
|
Angket
|
Dalam penelitian ini
diperoleh dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitiatif berupa aktivtitas siswa belajar yang
diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan format observasi. Data
tentang aktivitas siswa dianalisis secara deskriptif dengan menarasikan
kegiatan-kegiatan siswa selama pembelajaran.
Sedangkan
data kuantitatif berupa skor tes keterampilan berpikir kritis, skor tes awal
dan tes akhir pembelajaran untuk siklus I dan siklus II, serta pendapat siswa.
Untuk skor keterampilan berpikir kritis, tes awal dan tes akhir pembelajaran,
dianalisis secara deskriptif dengan mencari rerata, standar deviasi, ketuntasan
belajar siswa. Sedangkan pendapat siswa terhadap penerapan model Pembelajaran
biologi, yang diketahui dari angket, dianalisis dengan membandingkan jumlah
skor pada pilihan setuju terhadap jumlah skor pada pilihan tidak setuju.
Kriteria
keberhasilan peningkatan kualitas pembelajaran biologi, ditinjau dari aktivitas
siswa belajar, hasil belajar siswa, dan pendapat siswa terhadap penerapan model
pembelajaran. Indikator keberhasilan peningkatan kualitas aktivitas siswa
dalam penelitian ini, yaitu jika lebih dari 6 (enam) parameter aktivitas berkatagori
baik dan tidak ada dengan katagori kurang.
Data
mengenai keterampilan berpikir kritis siswa dianalisis dengan cara mengkonversi
nilai rata-rata dan simpangan baku masing-masing ke pedoman konversi nilai
absolut skala lima. Hal ini, untuk menentukan tingkat kualifikasi keterampilan
berpikir kritis siswa. Pedoman konversi tersebut disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4. Tingkat
kualifikasi keterampilan berpikiur kritis siswa
Keterangan
|
|
Di
atas M + 1,49 SD
|
Sangat tinggi
|
M
+ 0,50 SD sampai
dengan M + 1,49 SD
|
Tinggi
|
M
- 0,50 SD sampai
dengan M + 0,49 SD
|
Sedang
|
M
- 1,50 SD sampai
dengan M - 0,49 SD
|
Rendah
|
Di
bawah M - 1,50 SD
|
Sangat rendah
|
Pemahaman
konsep siswa dinyatakan berhasil, jika ketuntasan belajar lebih besar atau sama
dengan 75% dengan rerata nilai minimal 6,30, sesuai dengan kriteria ketuntasan
minimal yang ditetapkan di sekolah. Sedangkan kreteria keberhasilan pendapat
siswa adalah Persentase jumlah siswa yang memiliki pendapat positif (setuju)
lebih besar dibandingkan dengan persentase jumlah siswa yang memiliki pendapat
negatif (tidak setuju) terhadap model pembelajaran yang diterapkan.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil
observasi pada siklus I dan siklus II terhadap aktivitas belajar siswa pada
ke-8 parameter tersebut, disajikan dalam table berikut:
Tabel 5. Data
aktivitas siswa setelah KBM pada Siklus I dan Siklus II
Indikator Aktivitas Belajar Siswa
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Interaksi siswa
selama KBM, meliput:
|
C
|
B
|
Keberanian siswa
dalam bertanya/berpendapat:
|
C
|
B
|
Partisipasi siswa
dalam mengerjakan tugas:
|
B
|
B
|
Motivasi, ketekunan, dan antusiasme:
|
C
|
B
|
Kehadiran siswa dalam KBM:
|
B
|
B
|
Hubungan Sosial:
|
C
|
B
|
Pemanfaatan peran dan
fungsi guru oleh siswa:
|
C
|
B
|
Efektivitas pemanfaatan waktu:
|
C
|
B
|
Aktivitas
belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I.
Interaksi belajar siswa sangat dinamis dan kerjasama antar siswa baik dalam
kelompok maupun antar kelompok berlangsung dengan baik. Jumlah siswa yang
berani bertanya meningkat serta mulai ada siswa yang menanggapi pertanyaan dari
siswa atau guru. Hal ini, disebabkan pembelajaran berbasis masalah mengajak
siswa untuk lebih aktif. Siswa dituntut untuk menyumbangkan pikiran terhadap
masalah yang diberikan. Adapun di siklus I masih terdapat kualifikasi yang
cukup karena siswa belum beradaptasi dengan model pembelajaran berbasis
masalah.
Hasil observasi pada
siklus I dan siklus II terhadap keterampilan berpikir kritis siswa, disajikan
dalam tabel berikut:
Table 6. Data
keterampilan berpikir kritis siswa setelah
KBM pada Siklus I dan Siklus II
Indikator
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
|
Siklus I
|
Rerata skor
|
Siklus II
|
Rerata skor
|
Skor
|
Kualifikasi
|
Skor
|
Kualifikasi
|
|
Merumuskan masalah
|
1,24
|
Sangat rendah
|
2,32
|
Sedang
|
Memberikan argumentasi
|
2,00
|
Sedang
|
2,27
|
Sedang
|
Melakukan induksi
|
1,97
|
Sedang
|
2,22
|
Sedang
|
Melakukan deduksi
|
2,34
|
Sedang
|
2,22
|
Sedang
|
Memberikan penilaian
|
2,13
|
Sedang
|
2,57
|
Tinggi
|
Keterampilan
berpikir kritis yang ditunjukkan dari lima indikator, yaitu keterampilan
merumuskan masalah, memberikan argumentasi, melakukan induksi, melakukan
deduksi, dan memberikan penilaian, pada siklus I secara umum berkatagori
sedang. Bahkan keterampilan siswa untuk merumuskan masalah sangat rendah. Ini
berarti, siswa belum mampu menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dan dikaji
dengan kehidupan nyata sehari-hari. Hal ini disebabkan 1) kebiasaan belajar
siswa menghafalkan dan tidak untuk memahami, 2) minimnya kesempatan siswa untuk
bertanya, dan 3) siswa relatif terkejut dengan penerapan model pembelajaran
berbasis masalah, karena sebagian besar gejala atau fenomena yang dikaji tidak
ditemukan dalam buku pendukung ataupun LKS. Akan tetapi, keterampilan berpikir
kritis siswa pada siklus II menjadi meningkat. Kondisi ini dapat dijadikan
indicator, bahwa keterampilan berpikir kritis siswa dapat ditumbuhkembangkan
dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran
Biologi
Data mengenai pemahaman
konsep siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes pemahaman konsep, seperti
disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 7. Data
pemahaman konsep siswa setelah KBM pada
Siklus I dan Siklus II
KETERANGAN
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Rerata
|
6,03
|
6,49
|
Standar Deviasi
|
1,43
|
1,66
|
Nilai Tertinggi
|
9,23
|
9,71
|
Nilai Terendah
|
1,85
|
3,14
|
Siswa yang skornya ≥ 6,00 (%)
|
57,89
|
64,86
|
Siswa yang skornya ≥ 8,00 (%)
|
10,53
|
24,32
|
Pemahaman
konsep siswa pada siklus I tentang Virus berkatagori cukup dengan rerata nilai
6,03. Namun, hasil ini belum memenuhi kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan sebesar 6,30 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang
ditetapkan di sekolah. Masih rendahnya perolehan skor pemahaman konsep siswa
disebabkan beberapa faktor, diantaranya 1) siswa belum mempunyai pengalaman
untuk menjawab soal uraian terbuka, dan 2) pengetahuan awal siswa yang rendah,
ini dapat dilihat dari rerata nilai IPA siswa pada ujian nasional di SMP.
Rendahnya pengetahuan awal siswa merupakan salah satu faktor yang menentukan
aktivitas, keterampilan berpikir kritis, dan pemahaman konsep siswa. Dengan
demikian pengetahuan awal merupakan informasi sebagai bahan refleksi bagi guru
untuk merencanakan strategi pembelajaran. Hal ini karena salah satu indikator
kualitas proses pembelajaran adalah mengaitkan pengetahuan awal yang dimiliki
siswa dengan bahan kajian yang akan dibahas (Depdiknas, 2002).
Berdasarkan hasil
penyebaran angket tentang pendapat siswa terhadap penerapan model pembelajaran
berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa kontekstual, maka didapatkan
data seperti disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 8. Data angket pendapat
siswa tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah
Jml Siswa
|
Persentase (%)
|
||||
S
|
R
|
TS
|
S
|
R
|
TS
|
635
|
59
|
28
|
87.95%
|
8.17%
|
3.88%
|
Penerapan
model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran Biologi, secara umum
direspon positif oleh siswa. Hal ini terlihat jumlah siswa yang menjawab setuju
lebih banyak daripada yang menjawab ragu-ragu dan tidak setuju.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) Pembelajaran Biologi dengan model
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa; (2)
Pembelajaran Biologi dengan model pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa; (3) Pembelajaran Biologi
dengan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman konsep
siswa. Selain itu, sebagian besar siswa
memberikan pendapat yang positif terhadap pembelajaran Biologi dengan model
pembelajaran berbasis masalah.
Dari hasil penelitian
tindakan kelas ini dapat diajukan beberapa rekomendasi, diantaranya (1)
Pembelajaran Biologi dengan model pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa, keterampilan berpikir kritis, dan
pemahaman kosnep siswa sehingga disarankan agar guru-guru dapat menerapkan dan
mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi di sekolah; (2) Dalam
merancang model pembelajaran Biologi dengan model pembelajaran berbasis masalah
pada mata pelajaran Biologi, disarankan agar materi, alat, dan bahan yang
dijadikan sebagai pendukung KBM faktual, aktual mudah didapat, murah, dan ada
di lingkungan siswa atau sekolah sehingga pembelajaran menjadi konkrit,
aplikatif, dan kontekstual, dan (3) Disarankan kepada guru-guru pada umumnya,
dan guru sains khususnya, agar terus melakukan inovasi model pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana GP. 2009. Meningkatkan kualitas aktivitas belajar, keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Banjar melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Jurnal Pendidikan Kerta Mandala Dinas
Pendidikan Kabupaten Buleleng, Bali 1 (1): 35-40.
Afcariono M. 2008. Penerapan
berbasis masalah untuk meningkatkan
kemampuan berpikir siswa pada mata pelajaran biologi. Jurnal Pendidikan Inovatif 3
(2): 65-68.
Dasna IW dan Sutrisno. 2006. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based learning), Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.
Depdiknas. 2000. Panduan Kurikulum Metode Alternatif Belajar/Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Ditjen Dikdasmen
Direktorat Dikmenum.
Depdiknas. 2002. Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas.
0 Comments:
Posting Komentar