Fajar Adinugraha

Minggu, 27 Januari 2013

ARTIKEL ILMIAH (KULIAH SEMINAR BIOLOGI)



MENINGKATKAN KUALITAS AKTIVITAS BELAJAR, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 1 BANJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH *)
*) Gede Putra Adnyana
Oleh
Fajar Adinugraha
4401407029

ABSTRAK
Pembelajaran dengan model konvensional menyebabkan pembelajaran berpusat pada guru. Aktivitas siswa, kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi menjadi rendah. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk 1) meningkatkan aktivitas belajar siswa, 2) meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, dan 3) meningkatkan pemahaman konsep Biologi siswa.  Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Banjar kelas X-5 yang berjumlah 38 orang pada semester ke-1 tahun pelajaran 2007/2008. Faktor yang diteliti adalah 1) aktivitas belajar, 2) keterampilan berpikir kritis dan 3) pemahaman konsep Biologi. Data tentang aktivitas belajar dikumpulkan dengan metode observasi, keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa dengan metode tes, sedangkan pendapat siswa dengan metode kuesioner. Hasil aktivitas belajar siswa meningkat dari kualifikasi cukup pada siklus I menjadi baik pada siklus II. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa terjadi pada keterampilan merumuskan masalah, memberikan argumentasi, melakukan induksi, dan memberikan penilaian. Pemahaman konsep biologi siswa dapat dilihat dari peningkatan rerata nilai, di mana pada siklus I sebesar 6,03 menjadi 6,49 pada siklus II. Siswa memberikan respon positif terhadap penerapan model pembelajaran, dimana terdapat 77,98 % siswa yang menyatakan setuju, 18,28% ragu-ragu, dan hanya 3,74% tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran Biologi, dapat meningkatkan: 1) aktivitas belajar siswa, 2) keterampilan berpikir kritis siswa, dan 3) pemahaman konsep Biologi siswa. Selain itu, siswa memberikan respon positif terhadap model pembelajaran yang diterapkan.


Kata kunci:  model pembelajaran berbasis masalah, aktivitas belajar, keterampilan berpikir kritis, pemahaman konsep biologi



PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi siswa melalui kegiatan pengajaran. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam merespon setiap pelajaran yang diajarkan. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan.
Umumnya, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini membuat kegiatan belajar mengajar cenderung berpusat pada guru. Guru memberikan materi sedangkan siswa hanya mencatat dan memperhatikan materi pelajaran. Akibatnya, proses belajar mengajar cenderung membosankan dan berdampak pada aktivitas siswa, keterampilan berpikir dan pemahaman konsep yang rendah.
Para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik untuk meningkatkan kualitas Kegiatan Belajar Mengajar di kelas. Dengan perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa. Ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Kondisi belajar siswa yang hanya menerima materi dari pengajar, mencatat, dan menghafalkannya harus diubah menjadi sharing pengetahuan, mencari (inkuiri), menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi peningkatan pemahaman (bukan ingatan). Untuk mencapai tujuan tersebut, pengajar dapat menggunakan pendekatan, strategi, model, atau metode pembelajaran inovatif.
Mata pelajaran Biologi pada sekolah menengah atas (SMA) diajarkan untuk membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diterapkan berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah, serta berkomunikasi ilmiah sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran Biologi dilaksanakan dengan menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (BSNP 2006).
Akhir-akhir ini, berbagai upaya untuk mengembangkan pembelajaran biologi telah digalakkan. Selain bertujuan untuk menciptakan pembelajaran biologi yang lebih menyenangkan, upaya ini ditujukan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna. Melalui model pembelajaran kontekstual, pembelajaran selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa lebih mudah memahami isi pelajaran. Pengaitan isi pelajaran dengan lingkungan sekitar akan membuat pembelajaran lebih bermakna (meaning learning) karena siswa mengetahui pelajaran yang di dapat di kelas bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari (Afcariono 2008).
Hasil belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran Biologi, juga terjadi pada siswa SMA Negeri 1 Banjar. Hal ini dapat dilihat dari rerata nilai ujian akhir semester (UAS) semester 1 dan 2  tahun pelajaran 2006/2007, seperti disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) kelas X SMA Negeri 1 Banjar
Kelas
Semester 1
Semester 2
Rerata Nilai UAS
X-1
61,13
61,67
61,40
X-2
52,68
61,89
57,29
X-3
48,00
60,17
54,09
X-4
59,41
59,00
59,21
X-5
51,83
61,70
56,77
Rerata
54,61
60,89
57,75
Jika dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 63 maka rerata hasil Ujian Semeseter (US) dan Ujian Akhir Semester (UAS) tersebut jauh di bawah KKM yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil ujian sekolah dan ujian akhir semester ini, diantaranya kualitas masukan dan proses kegiatan belajar mengajar. Namun demikian, hasil ini dapat dijadikan indikator bahwa hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri 1 Banjar relatif masih rendah.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dirancang pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran Biologi, sehingga mampu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir kritis disatu pihak dan pemahaman konsep siswa di pihak lain. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pembelajaran Biologi yang sesuai dengan karakteristik (ciri) ilmu Biologi, yaitu 1) pembelajaran Biologi harus menarik, 2) mengikuti hirarki peningkatan konsep dengan contoh sehari-hari agar persyaratan prior knowledge pada konstruktivisme dipenuhi, 3) dapat digunakan untuk memahami berita-berita mutakhir tentang iptek dengan Biologi dalam media masa, 4) melibatkan siswa secara aktif selama pembelajaran sehingga menyeimbangkan antara proses dan content, 5) merangsang rasa ingin tahu untuk mencari dan belajar sendiri, 6) menekankan pada pengertian dan bukan ingatan atau hafalan, 7) harus terpadu, seperti Biokimia, Biogeokimia, dan Biometri, 8) materi ajar Biologi harus lengkap, ekstensif dan menyeluruh, dan 9) bentuk asesmen disesuaikan dengan bahan ajar dan lebih berorientasi pada pemecahan masalah terpadau (Depdiknas 2000).
Pembelajaran yang kreatif dan inovatif tersebut hendaknya sinergis dengan paradigma baru dalam dunia pendidikan yang berorientasi pencapaian kompetensi. Dalam hal ini, tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru tetap bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Oleh karena itu peranan guru lebih bertindak sebagai mediator, fasilitator, dan motivator. Pembelajaran yang dirancang tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolahnya, sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan kontekstual, artinya menyentuh langsung dalam kehidupan nyata sehari-hari. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
Pembelajaran berbasis masalah (Probelem based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Dasna 2006).
 PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan suatu masalah, (2) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa, (3) mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut pebelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja (Dasna 2006).
Model pembelajaran berbasis masalah dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Biologi? (2) Apakah Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Biologi? (3) Apakah Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran Biologi?
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini, yaitu: (1) Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Biologi melalui implementasi model pembelajaran berbasis masalah; (2) Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran Biologi melalui implementasi model pembelajaran berbasis masalah; (3) Meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran Biologi melalui implementasi model pembelajaran berbasis masalah.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: (1) Memberikan informasi kepada guru sains pada umumnya dan guru Biologi khususnya, mengenai model pembelajaran Biologi berbasis masalah, sehingga dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi di sekolahnya; (2) Memberikan sumbangan pemikiran tentang implementasi model pembelajaran berbasis masalah, sehingga dapat diimplementasikan atau dikembangkan dalam KBM dalam rangka meningkatkan kualitias proses dan hasil belajar; (3) Memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan kreativitas pembelajaran Biologi dan dapat dijadikan acuan bagi pelaksanaan penelitian-penelitian yang relevan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada SMA Negeri 1 Banjar, Buleleng, Bali, semester ke-1 tahun pelajaran 2007/2008. Penelitian ini dilaksanakan untuk standar kompetensi, yaitu memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup. Sedangkan kompetensi dasar yang dijadikan kajian penelitian, yaitu 1) mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi, dan peran virus dalam kehidupan dan 2) mendeskripsikan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria dan peranannya bagi kehidupan.
Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X-5 yang berjumlah 38 orang dengan rincian laki-laki 22 orang dan perempuan 16 orang. Sedangkan objek penelitiannya adalah aktivitas belajar, keterampilan berpikir kritis, pemahaman konsep biologi siswa, dan pendapat siswa akibat penerapan pembelajaran berbasis masalah.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan evaluasi tindakan, dan 4) refleksi. Siklus I dilaksanakan materi pokok tentang Virus, sedangkan siklus II diterapkan pada materi pokok Archaebacteria dan Eubacteria. Untuk siklus I dirancang dalam 4 Jam pelajaran (2 kali tatap muka), sedangkan siklus II dilaksanakan untuk 6 jam pelajaran (3 kali tatap muka). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dari bulan September tahun 2007 sampai dengan Oktober tahun 2007.
Langkah-langkah dalam perencanaan adalah 1) mengkaji materi pokok, mempersiapkan silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan lembar kegiatan siswa, 2) mempersiapkan dan mengkaji format-format observasi dan evaluasi yang terdiri dari pretest dan tes akhir pembelajaran, kuis, lembar observasi, dan angket, dan 3) mengkaji indikator untuk menentukan keberhasilan tindakan yang dilaksanakan, seperti daya serap siswa dan ketuntasan belajar.
Pelaksanaan tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan. Langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2. Langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
TAHAP
TINGKAH LAKU GURU
Tahap 1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa
Tahap 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
(Arends 2004).
Selama pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan observasi terhadap strategi pembelajaran yang diterapkan dan melakukan perekaman terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung. Variabel-variabel yang diamati sesuai dengan objek penelitian, yaitu aktivitas, keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa yang berupa peningkatan rerata hasil belajar antara tes awal dengan tes akhir disetiap siklus.
Berdasarkan observasi dan evaluasi pada siklus I, peneliti mengadakan refleksi untuk melihat seberapa besar keberhasilan dan kegagalan dalam penerapan model pembelajaran yang dirancang. Refleksi dilakukan terhadap aktivitas siswa belajar dan mencari faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan tindakan serta mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. Pencermatan yang dilakukan pada penerapan siklus I dievaluasi dan diinterpretasi penyebabnya untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam melakukan pemantapan pada siklus II.
Perencanaan yang dilakukan pada siklus II merupakan penyempurnaan terhadap kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I. Materi pokok yang diterapkan pada siklus II adalah Archaebacteria dan Eubacteria yang dilaksanakan untuk tiga kali tatap muka (6 x 45 menit).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes, pedoman observasi, dan angket pendapat siswa. Tes yang digunakan terdiri dari tes awal, tes akhir pembelajaran yang disusun dalam bentuk soal uraian untuk mengetahui pengetahuan awal dan kesiapan siswa terhadap materi pokok yang akan  dibahas.
Pedoman observasi aktivitas siswa yang digunakan meliputi 8 parameter, yaitu 1) interaksi siswa, 2) keberanian siswa bertanya, 3) partisipasi siswa, 4) motivasi, ketekunan, dan antusiasme siswa, 5) kehadiran siswa, 6) hubungan sosial, 7) pemanfaatan guru, dan 8) efektivitas pemanfaatan waktu. Masing-masing parameter terdiri dari beberapa subparameter. Pedoman observasi aktivitas belajar siswa menggunakan tiga kriteria, yaitu baik (B), cukup (C), dan kurang (K).
Aktivitas belajar siswa berkatagori baik (B), jika lebih dari 75% siswa menunjukkan aktivitas yang diukur. Kualifikasi cukup (C), jika lebih dari 50% siswa menunjukkan aktivitas sesuai parameter yang diukur. Sedangkan kurang (K), jika kurang dari 50% siswa dalam kelas menunjukkan aktivitas seperti parameter yang diukur.
Untuk tes pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis menggunakan tes bentuk uraian dengan menggunakan permasalahan aktual, faktual, dan kontekstual. Tes pemahaman konsep meliputi jenjang kognitif aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sedangkan tes keterampilan berpikir kritis meliputi keterampilan untuk merumuskan masalah, memberikan argumentasi, melakukan induksi dan induksi, serta melakukan penilaian.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari kualitas aktivitas siswa belajar, skor hasil belajar siswa, dan pendapat siswa terhadap penerapan pembelajaran biologi yang dikembangkan. Jenis data, metode dan instrumen yang digunakan pengumpulkan data pada penelitian ini, disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3. Metode pengambilan data
No
Jenis Data
Metode
Instrumen
1
Aktivitas Siswa
Observasi
Pedoman Observasi/ tabel pengamatan
2
Keterampilan Berpikir Kritis siswa
Tes
Tes Keterampilan berpikir kritis
3
Hasil Belajar siswa
Tes
Tes hasil belajar
4
Pendapat Siswa
Kuisioner
Angket
Dalam penelitian ini diperoleh dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitiatif berupa aktivtitas siswa belajar yang diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan format observasi. Data tentang aktivitas siswa dianalisis secara deskriptif dengan menarasikan kegiatan-kegiatan siswa selama pembelajaran.
Sedangkan data kuantitatif berupa skor tes keterampilan berpikir kritis, skor tes awal dan tes akhir pembelajaran untuk siklus I dan siklus II, serta pendapat siswa. Untuk skor keterampilan berpikir kritis, tes awal dan tes akhir pembelajaran, dianalisis secara deskriptif dengan mencari rerata, standar deviasi, ketuntasan belajar siswa. Sedangkan pendapat siswa terhadap penerapan model Pembelajaran biologi, yang diketahui dari angket, dianalisis dengan membandingkan jumlah skor pada pilihan setuju terhadap jumlah skor pada pilihan tidak setuju.
Kriteria keberhasilan peningkatan kualitas pembelajaran biologi, ditinjau dari aktivitas siswa belajar, hasil belajar siswa, dan pendapat siswa terhadap penerapan model pembelajaran. Indikator keberhasilan peningkatan kualitas aktivitas siswa  dalam penelitian ini, yaitu jika lebih dari 6 (enam) parameter aktivitas berkatagori baik dan tidak ada dengan katagori kurang.
Data mengenai keterampilan berpikir kritis siswa dianalisis dengan cara mengkonversi nilai rata-rata dan simpangan baku masing-masing ke pedoman konversi nilai absolut skala lima. Hal ini, untuk menentukan tingkat kualifikasi keterampilan berpikir kritis siswa. Pedoman konversi tersebut disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4. Tingkat kualifikasi keterampilan berpikiur kritis siswa

Keterangan
Di atas M + 1,49 SD
Sangat tinggi
M + 0,50 SD sampai dengan M + 1,49 SD
Tinggi
M - 0,50 SD sampai dengan M + 0,49 SD
Sedang
M - 1,50 SD sampai dengan M - 0,49 SD
Rendah
Di bawah M - 1,50 SD
Sangat rendah
Pemahaman konsep siswa dinyatakan berhasil, jika ketuntasan belajar lebih besar atau sama dengan 75% dengan rerata nilai minimal 6,30, sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan di sekolah. Sedangkan kreteria keberhasilan pendapat siswa adalah Persentase jumlah siswa yang memiliki pendapat positif (setuju) lebih besar dibandingkan dengan persentase jumlah siswa yang memiliki pendapat negatif (tidak setuju) terhadap model pembelajaran yang diterapkan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil observasi pada siklus I dan siklus II terhadap aktivitas belajar siswa pada ke-8 parameter tersebut, disajikan dalam table berikut:
Tabel 5. Data aktivitas siswa setelah KBM pada Siklus I dan Siklus II
Indikator Aktivitas Belajar Siswa
Siklus I
Siklus II
Interaksi siswa selama KBM, meliput:
C
B
Keberanian siswa dalam bertanya/berpendapat:
C
B
Partisipasi siswa dalam mengerjakan tugas:
B
B
Motivasi, ketekunan, dan antusiasme:
C
B
Kehadiran siswa dalam KBM:
B
B
Hubungan Sosial:
C
B
Pemanfaatan peran dan fungsi guru oleh siswa:
C
B
Efektivitas pemanfaatan waktu:
C
B
Aktivitas belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Interaksi belajar siswa sangat dinamis dan kerjasama antar siswa baik dalam kelompok maupun antar kelompok berlangsung dengan baik. Jumlah siswa yang berani bertanya meningkat serta mulai ada siswa yang menanggapi pertanyaan dari siswa atau guru. Hal ini, disebabkan pembelajaran berbasis masalah mengajak siswa untuk lebih aktif. Siswa dituntut untuk menyumbangkan pikiran terhadap masalah yang diberikan. Adapun di siklus I masih terdapat kualifikasi yang cukup karena siswa belum beradaptasi dengan model pembelajaran berbasis masalah.
Hasil observasi pada siklus I dan siklus II terhadap keterampilan berpikir kritis siswa, disajikan dalam tabel berikut:
Table 6. Data keterampilan berpikir kritis siswa setelah KBM pada Siklus I dan Siklus II
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Siklus I
Rerata skor
Siklus II
Rerata skor
Skor
Kualifikasi
Skor
Kualifikasi
Merumuskan masalah
1,24
Sangat rendah
2,32
Sedang
Memberikan argumentasi
2,00
Sedang
2,27
Sedang
Melakukan induksi
1,97
Sedang
2,22
Sedang
Melakukan deduksi
2,34
Sedang
2,22
Sedang
Memberikan penilaian
2,13
Sedang
2,57
Tinggi
Keterampilan berpikir kritis yang ditunjukkan dari lima indikator, yaitu keterampilan merumuskan masalah, memberikan argumentasi, melakukan induksi, melakukan deduksi, dan memberikan penilaian, pada siklus I secara umum berkatagori sedang. Bahkan keterampilan siswa untuk merumuskan masalah sangat rendah. Ini berarti, siswa belum mampu menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dan dikaji dengan kehidupan nyata sehari-hari. Hal ini disebabkan 1) kebiasaan belajar siswa menghafalkan dan tidak untuk memahami, 2) minimnya kesempatan siswa untuk bertanya, dan 3) siswa relatif terkejut dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah, karena sebagian besar gejala atau fenomena yang dikaji tidak ditemukan dalam buku pendukung ataupun LKS. Akan tetapi, keterampilan berpikir kritis siswa pada siklus II menjadi meningkat. Kondisi ini dapat dijadikan indicator, bahwa keterampilan berpikir kritis siswa dapat ditumbuhkembangkan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran Biologi





Data mengenai pemahaman konsep siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes pemahaman konsep, seperti  disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 7. Data pemahaman konsep siswa setelah KBM pada Siklus I dan Siklus II
KETERANGAN
Siklus I
Siklus II
Rerata
6,03
6,49
Standar Deviasi
1,43
1,66
Nilai Tertinggi
9,23
9,71
Nilai Terendah
1,85
3,14
Siswa yang skornya ≥ 6,00 (%)
57,89
64,86
Siswa yang skornya ≥ 8,00 (%)
10,53
24,32
Pemahaman konsep siswa pada siklus I tentang Virus berkatagori cukup dengan rerata nilai 6,03. Namun, hasil ini belum memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebesar 6,30 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan di sekolah. Masih rendahnya perolehan skor pemahaman konsep siswa disebabkan beberapa faktor, diantaranya 1) siswa belum mempunyai pengalaman untuk menjawab soal uraian terbuka, dan 2) pengetahuan awal siswa yang rendah, ini dapat dilihat dari rerata nilai IPA siswa pada ujian nasional di SMP. Rendahnya pengetahuan awal siswa merupakan salah satu faktor yang menentukan aktivitas, keterampilan berpikir kritis, dan pemahaman konsep siswa. Dengan demikian pengetahuan awal merupakan informasi sebagai bahan refleksi bagi guru untuk merencanakan strategi pembelajaran. Hal ini karena salah satu indikator kualitas proses pembelajaran adalah mengaitkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan bahan kajian yang akan dibahas (Depdiknas, 2002).
Berdasarkan hasil penyebaran angket tentang pendapat siswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa kontekstual, maka didapatkan data seperti disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 8. Data angket pendapat siswa tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah
Jml Siswa
Persentase (%)
S
R
TS
S
R
TS
635
59
28
87.95%
8.17%
3.88%

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran Biologi, secara umum direspon positif oleh siswa. Hal ini terlihat jumlah siswa yang menjawab setuju lebih banyak daripada yang menjawab ragu-ragu dan tidak setuju.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) Pembelajaran Biologi dengan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa; (2) Pembelajaran Biologi dengan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa; (3) Pembelajaran Biologi dengan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Selain itu, sebagian besar siswa memberikan pendapat yang positif terhadap pembelajaran Biologi dengan model pembelajaran berbasis masalah.
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat diajukan beberapa rekomendasi, diantaranya (1) Pembelajaran Biologi dengan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, keterampilan berpikir kritis, dan pemahaman kosnep siswa sehingga disarankan agar guru-guru dapat menerapkan dan mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi di sekolah; (2) Dalam merancang model pembelajaran Biologi dengan model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran Biologi, disarankan agar materi, alat, dan bahan yang dijadikan sebagai pendukung KBM faktual, aktual mudah didapat, murah, dan ada di lingkungan siswa atau sekolah sehingga pembelajaran menjadi konkrit, aplikatif, dan kontekstual, dan (3) Disarankan kepada guru-guru pada umumnya, dan guru sains khususnya, agar terus melakukan inovasi model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana GP. 2009. Meningkatkan kualitas aktivitas belajar, keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Banjar melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Jurnal Pendidikan Kerta Mandala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, Bali 1 (1): 35-40.

Afcariono M. 2008. Penerapan berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada mata pelajaran biologi. Jurnal Pendidikan Inovatif  3 (2): 65-68.

Dasna IW dan Sutrisno. 2006. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based learning), Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.

Depdiknas. 2000. Panduan Kurikulum Metode Alternatif Belajar/Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Direktorat Dikmenum.

Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas.

0 Comments:

Posting Komentar