Fajar Adinugraha

Rabu, 16 Januari 2013

ALAT ALAT BATU ZAMAN PRA SEJARAH


 

ALAT BATU ZAMAN PRA SEJARAH

LAPORAN
Disusun untuk memenuhi tugas  mata kuliah Evolusi
Prodi Pendidikan Biologi
Dosen pengampu: Ibu Margaretha
                                        Bapak F. Putut Martin
                                                                            Bapak Sumadi


Oleh
1.         IKA MUSTIKASARI 4401407003
2.         SULASFIANA ALFI RAIDA 440147009
3.         SRI LESTARI 4401407010  
4.         FAJAR ADINUGRAHA 4401407029
5.         GALIH KAHESTI 4401407
6.         M SAIFUL AMRI 44014070
7.         NURUL ANISA 4401407051
Rombel 02

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Seandainya Von Koenigswald tahun 1934 tidak menginjakkan kakinya di Sangiran, maka situs manusia purba yang terletak di wilayah kabupaten Sragen dan Karanganyar tersebut mungkin tidak akan pernah dikenal. Sebab sejak kunjungan Koenigswald, nama Sangiran muncul dalam ranah ilmu pengetahuan sebagai situs penemuan alat batu.
Jauh sebelum Koenigswald datang, Eugene Dubois, penemu fosil manusia purba Trinil, sebenarnya pernah mendatangi Sangiran, tahun 1893. Sayang, ketika itu Dubois tak tertarik dengan Sangiran yang kering dan tandus. Dokter muda tersebut pun mengalihkan penelitiannya ke Trinil, hingga akhirnya di desa yang terletak di tepi Bengawan Solo di wilayah Madiun ini, Dubois menemukan fosil tulang paha dan tengkorak manusia purba. Kelak temuan ini dikenal dengan nama Pithecanthropus Erectus atau Si Manusia Berjalan Tegak. Kawasan Sangiran ini berada sekitar 17 kilometer arah utara Kota Solo, atau arah menuju Purwodadi. Luas kawasan ini sekitar 56 km2, mencakup Kecamatan Kalijambe, Gemolong, dan Plupuh di Sragen, serta Kecamatan Gondangrejo di Karanganyar.
Berdasarkan metode pembelajaran yang berorientasi Jelajah Alam Sekitar (JAS) maka penulis melakukan observasi sebagai tugas akhir kuliah evolusi. Observasi dilakukan khusus untuk mengamati alat-alat batu zaman pra sejarah meskipun fosil-fosil lain juga tetap diobservasi.
B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah Apa saja jenis alat batu pada zaman pra sejarah?
C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis jenis alat batu pada zaman pra sejarah.
D.    Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk menambah pengetahuan tentang jenis alat-alat batu pada zaman pra sejarah
2.      Untuk menambah pengetahuan tentang fungsi-fungsi alat batu pada zaman pra sejarah
3.      Untuk menambah pengetahuan tentang kehidupan zaman pra sejarah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.       Sejarah situs sangiran
Situs Sangiran berawal ketika Von Koenigswald menemukan peralatan batu purba tahun 1934. Penemuan tersebut kemudian disusul temuan-temuan berikutnya yang seperti tak berkesudahan. Dua tahun setelah temuan itu misalnya, seorang penduduk setempat menemukan rahang bawah fosil manusia purba di lapisan Pucangan Atas di Sangiran, menyusul fosil-fosil lain pada tahun-tahun berikutnya.
Kini penemuan fosil di situs Sangiran telah mencapai sekitar 60 individu manusia purba, tersebar pada lahan luas menempati wilayah Kabupaten Sragen di utara dan Kabupaten Karanganyar di selatan. Jumlah keseluruhan telah melebihi 50 persen dari seluruh temuan fosil manusia purba di dunia.
Secara stratigrafis, Sangiran merupakan situs manusia purba berdiri tegak terlengkap di Asia yang kehidupannya dapat dilihat secara berurutan dan tanpa putus, sejak dua juta tahun hingga 200 ribu tahun yang lalu (Kala Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah).
Sekadar informasi, situs serupa hanya ada dalam hitungan jari di dunia. Di Asia terbatas di Cina, India, dan Indonesia. Di Eropa ditemukan di Jerman, Perancis, Rusia, dan baru-baru ini di Inggris. Benua Afrika lebih menonjol dengan kekunaan yang lebih tua, antara lain di Ethiopia, Kenya, dan Afrika Selatan. Indonesia bukan hanya memiliki Sangiran, tetapi juga situs lain di sepanjang aliran Bengawan Solo, seperti Sambungmacan, Trinil, Ngawi dan Ngandong. Selebihnya dijumpai di Kedungbrubus, Patiayam, dan Perning.
Situs Sangiran pada akhirnya menjadi lahan penelitian tak berkesudahan. Lebih dari 70 tahun sejak penemuan fosil pertamanya, situs ini seperti menawarkan misteri kehidupan purba yang tiada ujung.
Dahulunya wilayah Sangiran adalah dasar laut dan rawa-rawa. Dasar laut dan rawa-rawa itu naik ke permukaan karena proses geologis. Wilayah itu pun mengalami erosi sehingga sebagian puncaknya terkikis. Di antara kikisan inilah yang menyimpan fosil-fosil dan artefak budaya manusia purba.
Di sini juga terdapat sebuah Museum Purbakala Sangiran. Museum ini memiliki kurang lebih 13.086 fosil tetapi yang dipamerkan hanya 2.931, sisanya sebanyak 10.875 lagi masih disimpan di gudang.
Sangiran terkenal sebagai situs purbakala yang paling lengkap di seluruh dunia. Di wilayah ini ditemukan sedikitnya 80 individu manusia purba. Jumlah ini diperkirakan mencapai 50 persen jenis habitat manusia purba di dunia saat itu.
Koleksi akan selalu bertambah, karena setiap musim hujan kawasan Sangiran selalu mengalami erosi yang sering menyingkapkan temuan fosil dari dalam tanah.
Koleksi yang ada di Museum Sangiran antara lain fosil manusia, fosil hewan, fosil tumbuhan, batu-batuan, sedimen tanah, peralatan batu yang dulu pernah dibuat, dan digunakan manusia purba yang pernah tinggal di Sangiran.
Koleksi-koleksi tersebut sebagian besar masih disimpan di gudang dan sebagian lagi dipajang di ruang pameran. Ruang pameran saat ini ada tiga ruang. Ruang utama berisi “vitrin” ditambah diorama, dan ruang pameran.
Ciri utama yang membedakan kemajuan evolusi barangkali salah satunya adalah besarnya volume tengkorak. Manusia modern volume tengkorak diatas 1400 cc, sedang yang primitif dibawah 400 cc. Homo erectus berada pada kisaran 800 – 1300 cc. Sementara kera besar (simpase, gorila, orang utan) kurang dari 350 cc.

B.        Penelitian manusia pra sejarah di Indonesia
Penelitian manusia purba di Indonesia dilakukan oleh :
1.Eugena Dobois,
Dia adalah yang pertama kali tertarik meneliti manusia purba di Indonesia setelah mendapat kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von Reitschoten yang menemukan tengkorak di Wajak, Tulung Agung. Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis Homo Sapien (manusia yang sudah berpikir maju)
 Fosil lain yang ditemukan adalah :
Pithecanthropus Erectus (phitecos = kera, Antropus Manusia, Erectus berjalan tegak) ditemukan di daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo, dekat Ngawi, tahun 1891. Penemuan ini sangat menggemparkan dunia ilmu pengetahuan.
Pithecanthropus Majokertensis, ditemukan di daerah Mojokerto
Pithecanthropus Soloensis, ditemukan di daerah Solo


2. G.H.R Von Koeningswald
Hasil penemuan beliau adalah : Fosil tengkorak di Ngandong, Blora. Tahun 1936, ditemukan tengkorak anak di Perning, Mojokerto. Tahun 1937 - 1941 ditemukan tengkorak tulang dan rahang Homo Erectus dan Meganthropus Paleojavanicus di Sangiran, Solo.
3. Penemuan lain tentang manusia Purba : 
Ditemukan tengkorak, rahang, tulang pinggul dan tulang paha manusia Meganthropus, Homo Erectus dan Homo Sapien di lokasi Sangiran, Sambung Macan (Sragen),Trinil, Ngandong dan
Patiayam (kudus).
Penelitian tentang manusia Purba oleh bangsa Indonesia dimulai pada tahun 1952 yang dipimpin oleh Prof. DR. T. Jacob dari UGM, di daerah Sangiran dan sepanjang aliran Bengawan Solo.

C.       Jenis manusia pra sejarah di Indonesia
Ciri-ciri manusia purba yang ditemukan di Indonesia :
1.      Ciri Meganthropus
·         Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
·         Badannya tegak
·         Hidup mengumpulkan makanan
·         Makanannya tumnuhan
·         Rahangnya kuat
2. Ciri Pithecanthropus
·         Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
·         Hidup berkelompok
·         Hidungnya lebar dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol
·         Mengumpulkan makanan dan berburu
·         Makanannya daging dan tumbuhan
3. Ciri jenis Homo
·         Hidup antara 25.000 s/d 40.000 tahun yang lalu
·         Muka dan hidung lebar
·         Dahi masih menonjol
·         Tarap kehidupannya lebih maju dibanding manusia sebelumnya

D.       Jejak Homo Erectus
Berdasarkan bukti-bukti per tanggalan, konon manusia purba Homo Erectus telah mendiami Sangiran sejak awal zaman Plestosen hingga akhir Plestosen Tengah (sekitar 1,8 juta tahun lalu hingga ratusan ribu tahun lalu). Menurut teoriout of Africa, manusia purba Jawa ini berasal dari Afrika. Sejak 2,5 juta tahun lalu, mereka meninggalkan Afrika, menyebar ke berbagai benua (daratan). Sebagaian dari mereka menuju Eropa, ada pula yang ke China dan Indonesia setelah melewati India. Mereka diperkirakan memasuki Indonesia melalui jembatan darat yang terbentuk ketika air laut surut pada periode glasial.
Amat mengesankan, mereka hidup turun-temurun selama berjuta-juta tahun di Sangiran. Ketersediaan berbagai sumber daya lingkungan (hewan, tumbuhan) menjadi jawabnya. Asumsi ini tidak meragukan jika melihat keberadaan fosil-fosil hewan yang tersebar pada lapisan-lapisan tanah Sangiran.
Manusia purba ini diperkirakan mendiami Sangiran setelah air laut surut atau paling tidak saat Sangiran telah menjadi rawa dan sebagian daratan. Fosil kura-kura, herbivora, gajah jenis stegedon, babi, dan monyet yang ditemukan di lapisan Pucangan-terbentuk sekitar 1,7 juta tahun lalu-menjadi bahan makanan pokok, selain biota rawa dan tumbuhan yang ada di sekitarnya.
Lingkungan alam Sangiran kian mendukung kehidupan manusia purba manakala seluruh wilayah depresi Solo telah menjadi daratan sejak 800.000 tahun lalu. Berbagai jenis tanaman dan hewan diperkirakan tersedia saat itu, terbukti dari penemuan-penemuan dalam lapisan Kabuh. Pada periode ini jenis karnivora dan antilope cukup menonjol, selain hewan lain yang sudah ada pada periode sebelumnya. Penangkapan hewan dilakukan lewat perburuan dengan menggunakan peralatan kayu dan batu. Jika alat-alat batu masih bertahan hingga kini, alat-alat kayu sudah sudah hancur termakan waktu.
E.        Perkembangan alat-alat zaman pra sejarah
Sebuah lembaran baru Sangiran terisi melalui penemuan-penemuan alat batu dalam penelitian dasawarsa terakhir. Jika temuan Koenigswald dan lainnya masih diragukan sebagai peralatan Homo erectus, temuan tim Indonesia-Prancis di Ngebung dan Balai Arkeologi Yogyakarta-Pusat Penelitian Arkeologi di Dayu dan Ngledok, telah menghapuskan keraguan itu. Alat-alat serpih, kapak pembelah, kapak perimbas, bola batu, batu dipecah, dan batu pukul bersama fosil-fosil hewan yang ditemukan dalam lapisan Kabuh, di tepi endapan sungai purba di Ngebung dan alat-alat serpih dalam lapisan grenzbank di Dayu menjelaskan peralatan itu milik Homo erectus yang hidup sekitar 900.000-500.000 tahun lalu. Berkat penemuan ini terbukti, manusia purba Sangiran, seperti manusia purba lain di dunia, telah menggunakan alat-alat batu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

0 Comments:

Posting Komentar