ALAT BATU ZAMAN PRA SEJARAH
LAPORAN
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Evolusi
Prodi Pendidikan
Biologi
Dosen pengampu: Ibu
Margaretha
Bapak F.
Putut Martin
Bapak Sumadi
Oleh
1.
IKA
MUSTIKASARI 4401407003
2.
SULASFIANA ALFI
RAIDA 440147009
3.
SRI LESTARI
4401407010
4.
FAJAR
ADINUGRAHA 4401407029
5.
GALIH
KAHESTI 4401407
6.
M SAIFUL
AMRI 44014070
7.
NURUL ANISA
4401407051
Rombel 02
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Seandainya Von Koenigswald tahun 1934 tidak
menginjakkan kakinya di Sangiran, maka situs manusia purba yang terletak di
wilayah kabupaten Sragen dan Karanganyar tersebut mungkin tidak akan pernah
dikenal. Sebab sejak kunjungan Koenigswald, nama Sangiran muncul dalam ranah
ilmu pengetahuan sebagai situs penemuan alat batu.
Jauh sebelum Koenigswald datang, Eugene Dubois, penemu
fosil manusia purba Trinil, sebenarnya pernah mendatangi Sangiran, tahun 1893.
Sayang, ketika itu Dubois tak tertarik dengan Sangiran yang kering dan tandus.
Dokter muda tersebut pun mengalihkan penelitiannya ke Trinil, hingga akhirnya
di desa yang terletak di tepi Bengawan Solo di wilayah Madiun ini, Dubois
menemukan fosil tulang paha dan tengkorak manusia purba. Kelak temuan ini
dikenal dengan nama Pithecanthropus Erectus atau Si Manusia Berjalan Tegak.
Kawasan Sangiran ini berada sekitar 17 kilometer arah utara Kota Solo, atau
arah menuju Purwodadi. Luas kawasan ini sekitar 56 km2, mencakup Kecamatan
Kalijambe, Gemolong, dan Plupuh di Sragen, serta Kecamatan Gondangrejo di
Karanganyar.
Berdasarkan metode pembelajaran yang berorientasi
Jelajah Alam Sekitar (JAS) maka penulis melakukan observasi sebagai tugas akhir kuliah evolusi.
Observasi dilakukan khusus untuk mengamati alat-alat batu zaman
pra sejarah meskipun fosil-fosil lain juga tetap diobservasi.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah Apa saja jenis
alat batu pada zaman pra sejarah?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis
jenis alat batu pada zaman pra sejarah.
D.
Manfaat
Manfaat yang dapat
diambil dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk menambah pengetahuan tentang jenis alat-alat batu pada zaman pra
sejarah
2.
Untuk menambah pengetahuan tentang fungsi-fungsi alat batu pada zaman pra
sejarah
3.
Untuk menambah pengetahuan tentang kehidupan zaman pra sejarah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Sejarah situs sangiran
Situs Sangiran berawal ketika Von Koenigswald
menemukan peralatan batu purba tahun 1934. Penemuan tersebut kemudian disusul
temuan-temuan berikutnya yang seperti tak berkesudahan. Dua tahun setelah
temuan itu misalnya, seorang penduduk setempat menemukan rahang bawah fosil
manusia purba di lapisan Pucangan Atas di Sangiran, menyusul fosil-fosil lain
pada tahun-tahun berikutnya.
Kini penemuan fosil di situs Sangiran telah mencapai
sekitar 60 individu manusia purba, tersebar pada lahan luas menempati wilayah Kabupaten
Sragen di utara dan Kabupaten Karanganyar di selatan. Jumlah keseluruhan telah
melebihi 50 persen dari seluruh temuan fosil manusia purba di dunia.
Secara stratigrafis, Sangiran merupakan situs manusia
purba berdiri tegak terlengkap di Asia yang kehidupannya dapat dilihat secara
berurutan dan tanpa putus, sejak dua juta tahun hingga 200 ribu tahun yang lalu
(Kala Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah).
Sekadar informasi, situs serupa hanya ada dalam
hitungan jari di dunia. Di Asia terbatas di Cina, India, dan Indonesia. Di
Eropa ditemukan di Jerman, Perancis, Rusia, dan baru-baru ini di Inggris. Benua
Afrika lebih menonjol dengan kekunaan yang lebih tua, antara lain di Ethiopia,
Kenya, dan Afrika Selatan. Indonesia bukan hanya memiliki Sangiran, tetapi juga
situs lain di sepanjang aliran Bengawan Solo, seperti Sambungmacan, Trinil,
Ngawi dan Ngandong. Selebihnya dijumpai di Kedungbrubus, Patiayam, dan Perning.
Situs Sangiran pada akhirnya menjadi lahan penelitian
tak berkesudahan. Lebih dari 70 tahun sejak penemuan fosil pertamanya, situs
ini seperti menawarkan misteri kehidupan purba yang tiada ujung.
Dahulunya wilayah Sangiran adalah dasar laut dan
rawa-rawa. Dasar laut dan rawa-rawa itu naik ke permukaan karena proses
geologis. Wilayah itu pun mengalami erosi sehingga sebagian puncaknya terkikis.
Di antara kikisan inilah yang menyimpan fosil-fosil dan artefak budaya manusia
purba.
Di sini juga terdapat sebuah Museum Purbakala
Sangiran. Museum ini memiliki kurang lebih 13.086 fosil tetapi yang dipamerkan
hanya 2.931, sisanya sebanyak 10.875 lagi masih disimpan di gudang.
Sangiran terkenal sebagai situs purbakala yang paling
lengkap di seluruh dunia. Di wilayah ini ditemukan sedikitnya 80 individu
manusia purba. Jumlah ini diperkirakan mencapai 50 persen jenis habitat manusia
purba di dunia saat itu.
Koleksi akan selalu bertambah, karena setiap musim
hujan kawasan Sangiran selalu mengalami erosi yang sering menyingkapkan temuan
fosil dari dalam tanah.
Koleksi yang ada di Museum Sangiran antara lain fosil
manusia, fosil hewan, fosil tumbuhan, batu-batuan, sedimen tanah, peralatan
batu yang dulu pernah dibuat, dan digunakan manusia purba yang pernah tinggal
di Sangiran.
Koleksi-koleksi tersebut sebagian besar masih disimpan
di gudang dan sebagian lagi dipajang di ruang pameran. Ruang pameran saat ini
ada tiga ruang. Ruang utama berisi “vitrin” ditambah diorama, dan ruang
pameran.
Ciri utama yang membedakan kemajuan evolusi barangkali
salah satunya adalah besarnya volume tengkorak. Manusia modern volume tengkorak
diatas 1400 cc, sedang yang primitif dibawah 400 cc. Homo erectus berada pada
kisaran 800 – 1300 cc. Sementara kera besar (simpase, gorila, orang utan)
kurang dari 350 cc.
B.
Penelitian manusia pra sejarah
di Indonesia
Penelitian manusia purba di Indonesia dilakukan oleh :
1.Eugena Dobois,
Dia adalah yang pertama kali tertarik meneliti manusia
purba di Indonesia setelah mendapat kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von
Reitschoten yang menemukan tengkorak di Wajak, Tulung Agung. Fosil itu dinamai
Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis Homo Sapien (manusia yang sudah berpikir
maju)
Fosil lain yang
ditemukan adalah :
Pithecanthropus Erectus (phitecos = kera, Antropus Manusia,
Erectus berjalan tegak) ditemukan di daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo,
dekat Ngawi, tahun 1891. Penemuan ini sangat menggemparkan dunia ilmu
pengetahuan.
Pithecanthropus Majokertensis, ditemukan di daerah
Mojokerto
Pithecanthropus Soloensis, ditemukan di daerah Solo
2. G.H.R Von Koeningswald
Hasil penemuan beliau adalah : Fosil tengkorak di Ngandong,
Blora. Tahun 1936, ditemukan tengkorak anak di Perning, Mojokerto. Tahun 1937 -
1941 ditemukan tengkorak tulang dan rahang Homo Erectus dan Meganthropus
Paleojavanicus di Sangiran, Solo.
3. Penemuan
lain tentang manusia Purba :
Ditemukan tengkorak, rahang, tulang pinggul dan tulang paha
manusia Meganthropus, Homo Erectus dan Homo Sapien di lokasi Sangiran, Sambung
Macan (Sragen),Trinil, Ngandong dan
Patiayam (kudus).
Penelitian tentang manusia Purba
oleh bangsa Indonesia dimulai pada tahun 1952 yang dipimpin oleh Prof. DR. T.
Jacob dari UGM, di daerah Sangiran dan sepanjang aliran Bengawan Solo.
C.
Jenis manusia pra sejarah di
Indonesia
Ciri-ciri manusia purba yang ditemukan di Indonesia :
1.
Ciri Meganthropus
·
Hidup antara 2 s/d 1
juta tahun yang lalu
·
Badannya tegak
·
Hidup mengumpulkan
makanan
·
Makanannya tumnuhan
·
Rahangnya kuat
2. Ciri Pithecanthropus
·
Hidup antara 2 s/d 1
juta tahun yang lalu
·
Hidup berkelompok
·
Hidungnya lebar dengan
tulang pipi yang kuat dan menonjol
·
Mengumpulkan makanan
dan berburu
·
Makanannya daging dan
tumbuhan
3. Ciri jenis Homo
·
Hidup antara 25.000
s/d 40.000 tahun yang lalu
·
Muka dan hidung lebar
·
Dahi masih menonjol
·
Tarap kehidupannya
lebih maju dibanding manusia sebelumnya
D. Jejak Homo Erectus
Berdasarkan bukti-bukti per tanggalan, konon manusia
purba Homo
Erectus telah mendiami Sangiran sejak awal zaman Plestosen hingga
akhir Plestosen Tengah (sekitar 1,8 juta tahun lalu hingga ratusan ribu tahun
lalu). Menurut teoriout of Africa, manusia purba Jawa
ini berasal dari Afrika. Sejak 2,5 juta tahun lalu, mereka meninggalkan Afrika,
menyebar ke berbagai benua (daratan). Sebagaian dari mereka menuju Eropa, ada
pula yang ke China dan Indonesia setelah melewati India. Mereka diperkirakan
memasuki Indonesia melalui jembatan darat yang terbentuk ketika air laut surut
pada periode glasial.
Amat mengesankan, mereka hidup turun-temurun selama
berjuta-juta tahun di Sangiran. Ketersediaan berbagai sumber daya lingkungan
(hewan, tumbuhan) menjadi jawabnya. Asumsi ini tidak meragukan jika melihat
keberadaan fosil-fosil hewan yang tersebar pada lapisan-lapisan tanah Sangiran.
Manusia purba ini diperkirakan mendiami Sangiran
setelah air laut surut atau paling tidak saat Sangiran telah menjadi rawa dan
sebagian daratan. Fosil kura-kura, herbivora, gajah jenis stegedon, babi, dan
monyet yang ditemukan di lapisan Pucangan-terbentuk sekitar 1,7 juta tahun
lalu-menjadi bahan makanan pokok, selain biota rawa dan tumbuhan yang ada di
sekitarnya.
Lingkungan alam Sangiran kian mendukung kehidupan
manusia purba manakala seluruh wilayah depresi Solo telah menjadi daratan sejak
800.000 tahun lalu. Berbagai jenis tanaman dan hewan diperkirakan tersedia saat
itu, terbukti dari penemuan-penemuan dalam lapisan Kabuh. Pada periode ini
jenis karnivora dan antilope cukup menonjol, selain hewan lain yang sudah ada
pada periode sebelumnya. Penangkapan hewan dilakukan lewat perburuan dengan
menggunakan peralatan kayu dan batu. Jika alat-alat batu masih bertahan hingga
kini, alat-alat kayu sudah sudah hancur termakan waktu.
E.
Perkembangan alat-alat zaman
pra sejarah
Sebuah lembaran baru Sangiran terisi melalui
penemuan-penemuan alat batu dalam penelitian dasawarsa terakhir. Jika temuan
Koenigswald dan lainnya masih diragukan sebagai peralatan Homo erectus,
temuan tim Indonesia-Prancis di Ngebung dan Balai Arkeologi Yogyakarta-Pusat
Penelitian Arkeologi di Dayu dan Ngledok, telah menghapuskan keraguan itu.
Alat-alat serpih, kapak pembelah, kapak perimbas, bola batu, batu dipecah, dan
batu pukul bersama fosil-fosil hewan yang ditemukan dalam lapisan Kabuh, di
tepi endapan sungai purba di Ngebung dan alat-alat serpih dalam lapisan
grenzbank di Dayu menjelaskan peralatan itu milik Homo erectus yang hidup sekitar 900.000-500.000
tahun lalu. Berkat penemuan ini terbukti, manusia purba Sangiran, seperti
manusia purba lain di dunia, telah menggunakan alat-alat batu untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
0 Comments:
Posting Komentar